Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atasorang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS 2 / 183)
QS Al-baqarah ayat 183 ini, adalah landasan hukum bagi pelaksanaan SHAUM. Ayat ini menjadi sangat popular dan familier di bulan Ramadhan, karena shaum wajib sebulan penuh, terjadi pada bulan Ramadhan
Saudaraku!
Ayat ini diawali dengan lafadz panggilan kepada orang yang beriman.ORANG BERIMAN dipanggil / diseru oleh Allah SWT untuk kemudian nantidiberi intruksi yang sangat penting yaitu shaum. KENAPA HARUSDIPANGGIL DULU SEBELUM DIBERI INTRUKSI?.
Saudaraku!
Setiap panggilan (Adat Nida'), memiliki makna "THALABUL IQBAL ANIL MUNADA" (menuntut kepada yang dipanggil agar MENGHADAPKAN WAJAHNYA kepada yang memanggil).
Redaksi ayat ini mengandung makna yang sangat dalam, karena Panggilan / seruan Allah bagi mukminin benar benar menuntut si mukmin agar MENGHADAPKAN WAJAHNYA KEPADA ALLAH. Setelah si Mukmin menghadapkan wajahnya, barulah diberi "perintah" shaum.
Menghadapkan wajah terpusat kesatu arah berarti LURUS, dan arah yang ditujunya adalah KIBLAT. Ini mengandung makna bahwa INTRUKSI, Perintah atau kewajiban dari Allah SWT hanya akan diberikan kepada ORANG YANG BERIMAN yang telah LURUS ARAH KIBLATNYA.
Allah menyatakan bukanlah Al-BIRRU (pokok kebajikan) orang yang kiblatnya kebarat dan ketimur (QS 2/177), tetapi jadilah seperti paraNabi yang berkata : "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan " (QS 6.79). Ar-RABB adalah satu-satunya arah KIBLAT HIDUP. Allah yang jadi kiblat mukmin satu-satunya.
Menghadapkan wajahnya kepada Allah yang MAHA GHAIB tentu direalisasikan dengan menghadapkan WAJAH kepada RASULNYA. Karena barangsiapa yang mentaati Rasul berarti ia telah mentaati Allah (QS4/80), dan ketaatan kepada Rasul-Nya adalah atas ijin' Allah SWT (QS4/64). Oleh karena itu di alam syahadah ini, maka hadapkanlah wajahmu kepada RASUL !, atau berkiblat kepada RASUL.
KIBLAT berfungsi sebagai TITIK TUJU dan sekaligus sebagai PUSAT KOMANDO, sehingga dengan lurusnya mukmin berkiblat kepada RASUL maka semua mukmin akan seragam (Berbaris) dalam satu KOMANDO RISALAH. Sehingga RASUL dijadikan Kiblat dalam menentukan "benar atau salah", RASUL menjadi barometer bergerak, RASUL menjadi standar untuk menilai "Baik atau Buruk".
AlKITAB (kumpulan Kutiba kutiba) ini hanya akan bisa dijalankan secara murni dan konsekwen oleh orang yang benar benar menjadikan RASUL sebagai KIBLAT HIDUPNYA.
ALKITAB juga mengingatkan kita bahwa meluruskan arah KIBLAT HIDUP kepada RASUL sangatlah berat, Sebab kerap kali, KOMANDO RASUL itu bertentangan dengan "mainstream" pemahaman mayoritas masyarakat. Suatu contoh, misalnya ketika diperintah untuk memindahkan KIBLAT SHALAT, maka para sahabat saat itu sangat berat melakukannya (QS2/143).
Beratnya para sahabat dulu, bukanlah dari membalikan badan yang asalnya ke arah Al-AQSHA kini ke KA'BAH, tetapi mengarah ke KA'BAH itu , saat itu, tidak sesuai dengan tradisi dan juga dengan pandangan para Ulama, Kiyai AHLI KITAB yang menyatakan bahwa KIBLATNYA AGAMA SAMAWI adalah ke AQSHA. Padahal bagi mereka yang mendapat cucuran HUDA dari RABBnya tidaklah sulit untuk merubah tradisi yang sudah lama diyakininya jika RASUL menuntut perubahan. SEBAB KIBLAT HIDUPNYA RASUL bukan Ulama dan kiyai Ahli Kitab.
Kitab dan buku karya ulama ahli Kitab bagi si mukmin menjadi bahan bacaan atau daftar pustaka bukan sebagai rujukan atau referensi hidup. Apalagi buku karya ORIENTALIS.
Saudaraku!
Tentu saja sepeninggal Nabi Muhammad sudah tertutup turunya wahyu sehingga tugas kerisalahan diemban oleh IMAM, KHILAFAH atu ULIL AMRI (QS 4/59), oleh karena itu semenjak meninggalnya RASUL MUHAMMAD SAW,maka KIBLAT UMMAT harus kepada IMAM atau KHALIFAH setelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar