Selasa, 28 Desember 2010

Kamuflase / At-Tamwiyah :: (sifat munafiq ~2~) by: m iman taufiqurrahman


by: m iman taufiqurrahman
[4:142] Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Dalam ayat ini dijelaskan dua sifat munafiq: [1] malas melaksanakan tugas pengabdian dan: [2] riya (ingin dilihat / dipuji) jika melaksanakan tugas pengabdian.

Orang mukmin yang terkenai sifat munafiq ini, tetaplah mukmin (munafiq sifati), tetapi dalam hatinya ada penyakit [2:8-9], seandainya tidak segera diobati maka dia akan menjadi Munafiq Khalishan (munafiq sejati).

Sementara munafiq sejati adalah orang kafir yang sengaja masuk kedalam barisan islam dan merusak islam dari dalam (munafiq Madinah), atau orang kafir secara idiologi, tetapi mengaku muslim (munafiq haulal Madinah), dan menghambat barisan Islam untuk mencapai tujuan sucinya [9:101] yaitu tegaknya Khilafah Islam. Baik Munafiq sifati maupun munafiq Khalishan tetap saja munafiq.

***
Amal yang dikerjakan kaum munafiq hanyalah KAMUFLASE dan alat penipu ummat islam. Kamuflase artinya bahwa amal / pekerjaan orang munafiq semata-mata hanya merupakan penyamaran agar dianggap dan diterima oleh masyarakat muslim lainnya. Mereka mengerjakan suatu amalan bukan karena dasar keyakinan, oleh karena itu mereka malas (kassal) dan seandainya dikerjakanpun dengan syarat dilihat orang lain (riya). “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia”

Jika mereka diperintah dengan amal yang kurang POPULER mereka malas (KASSAL) tetapi jika diperintah dengan perintah yang akan mengangkat populariutasnya di tengah masyarakat dia kerjakan (riya). Riya itu jika kepada sesame atau bawahan untuk mencari popularitas dan jika kepada pimpinan / Rasul adalah untuk ‘menjilat’.

***
Orang munafiq selalu mencari-cari proyek amal yang akan membuat dirinya menjadi ‘dipandang’ hebat atau pahlawan. Sebab dengan begitu maka ucapannya menjadi mudah didengarkan (baca: mempengaruhi) kaum muslimin. Performance yang hebat dan retorika yang fasih hanya kamuflase saja agar memuluskan agenda tersembunyi-nya yaitu menghancurkan Cahaya Islam, meredam gerakan penegakan khilafah, atau agar gerakan penegakan khilafah berhenti sejenak dan atau terintangi.

[63:4]
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

***
Seringkali jika tugas pengabdian itu penuh resiko dan tidak ada celah untuk mencari popularitas atau menjilat pimpinan, bukan hanya membuat kaum munafiqun itu MALAS, bahkan TAKUT. Oleh karena itu kerap mereka mengajukan ijin untuk tidak melaksanakan tugas pengabdian tersebut.

[9:45]
Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (SURAT AT TAUBAH (Pengampunan) ayat 45)

***
Adapun orang mukmin sejati maka apapun tugas pengabdiannya baik yang ia suka maupun tidak suka, baik yang bisa mengangkat popularitasnya maupun tidak, baik yang sukar maupun mudah, baik yang menguntungkan maupun merugikan, akan dilaksanakan tanpa kassal (malas) dan tanpa riya (ingin dipuji atau menjilat pimpinan). Tidak akan mundur dan tidak akan meminta ijin untuk tidak menunaikan tugas pengabdiannya.

[9:44]
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. (SURAT AT TAUBAH (Pengampunan) ayat 44)
Read More »»»

Rabu, 08 Desember 2010

:: OPPORTUNIS :: (sifat munafiq 1) by: M. Iman Taufiqurrahman

[4:141] (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu'min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata : "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu ?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata : "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mu'min ?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman

Salah satu sifat kaum munafiqun adalah OPPORTUNIS, yaitu selalu mencari keuntungan dalam suatu kesempatan secara tidak “fair”. Sekaligus, orang yang opportunis, selalu menghindar dari suatu konsekwensi yang merugikan (tidak mau bertanggung jawab).

Kaum munafiq adalah kaum yang Oportunis, mereka selalu mencari-cari kesempatan dalam Islam untuk meraih keuntungan. Keuntungan yang hendak diraih bisa Harta, wanita, Kekuasaan atau popularitas. Dalam waktu yang bersamaan mereka juga mencari-cari alasan atau alibi agar terhindar dari konsekwensi yang merugikan.

***
Sebut saja kisah INDISIPLINER elite pemanah (sniper) pada perang Uhud. Dari 50 pasukan elite pemanah, yang diamanahkan untuk tetap bertahan di puncak uhud, hanya tinggal 10 orang. Mengapa?. Karena ke 40 orang pemanah lainya melihat kemenangan sudah ada di tangan kaum mukminin. Kemudian ia melihat rekan-rekan Mujahid lainya di bawah, sibuk memungut Harta Rampasan Perang (ghanimah). Ke 40 orang tersebut melihat ada kesempatan untuk meraup keuntungan dengan cara ikut memungut barang rampasan perang. Tentu saja gerakan indisipliner tersebut diprovokasi kaum munafiq. Mereka meninggalkan pos pertahanan karena “kurang menguntungkan”.

Pertahanan “puncak Uhud” ditinggalkan 40 orang pemanah, padahal Abdullah Bin Zubair RA sudah memerintahkan mereka untuk tetap bertahan sebagaimana amanah Panglima Perang Uhud yaitu Muhammad Rasulullah SAW.

Akibatnya, musuh islam berhasil menguasai pertahanan kunci dan membunuh 10 syuhada (termasuk Abdullah Bin Zubair). Bahkan drama peperangan Uhud berbalik 180 derajat, Musuh Islam berhasil menghantam pasukan Islam.

Rasulullah SAW mendapat luka berat. Lemparan batu-batu musuh mengenai Nabi SAW. beliau jatuh, dan salah satu dari gigi bagian bawah patah dan bibir bawah juga terluka. Musuh lainnya melukai dahi Beliau. Musuh ketiga memukul Nabi SAW dengan sangat keras dengan pedangnya. Akibatnya dua cincin pengikat helm Nabi SAW menembus ke dalam pipi Beliau. Darah bercucuran dari atas wajah Beliau.

***
Munafiqun Opportunis juga berani merubah ayat-ayat Allah [5:41]. Dirubahnya ayat ayat Allah itu agar sesuai dengan pesan sponsor (penguasa yang dzalim) dan dengan demikian ia meraih sekantung uang perak atau emas dari penguasa [5:42]. Kemudian mereka memutar-mutar lidahnya dan berkata kepada manusia umumnya, bahwa ini adalah berdasar wahyu Allah [2:75-77], padahal bukan berdasar wahyu Allah [3:78]. Mereka adalah para “ulama Suu”, ulama bayaran penguasa yang dzalim (Thaguth).

[3:78] Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (ALI 'IMRAN (KELUARGA 'IMRAN) ayat 78)

***
Munafiqun Opportunis berani membelot dari kepemimpinan Rasul dan membocorkan rahasia-rahasia ummat Islam kepada Thaguth / musuh musuh Islam [60:1]. Itu dilakukan karena ada keuntungan duniawi yang akan diraih atau demi menghindar dari kerugian (menjual informasi rahasia Rasul).

***
Munafiq opportunis juga berani menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan duniawi, baik meraih harta, tahta, wanita atau popularitas

[53:29] Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (AN NAJM (BINTANG) ayat 29)


Inilah: OPPORTUNIS sebagai salah satu sifat Munafiq. Semoga kita terhindar.
Read More »»»