Kamis, 01 Juli 2010

MANUSIA, manusia setan dan setan manusia [1] ~ by m iman taufiqurrahman

by: m. iman taufiqurrahman

[58:19] Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.

[58:20] Sesungguhnya orang-orang yang menetang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.

Setan adalah Manusia dan Jin [114:6], yang secara sadar mengganggu manusia agar menyimpang dan menentang dari JALAN ALLAH [15:39-40]. Adapun titik tuju (sasaran) dari GERAKAN setan adalah Aqliyah (pola pikir), I’tiqadiyah (keyakinan), ma’nawiyah (sikap mental) dan Amaliyah (perilaku) manusia. Sehingga seandainya keempat sasaran serang setan itu dapat dikuasai oleh setan, maka lahirlah manusia manusia yang “terkuasai setan”, atau manusia yang berada dibawah kendali setan / manusia setan.
Pada gilirannya nanti, manusia-manusia yang berada dibawah kendali setan itu menjadi “HIZBU SYAITHAN” (golongan setan). Jika sudah menjadi golongan setan berarti ia adalah setan itu sendiri yang kerjanya adalah menentang Allah dan RasulNya.

skemanya adalah sebagai berikut:
[1] --> Setan menyerang pola pikir, keyakinan, sikap mental dan perilaku manusia => GERAKAN SETAN
[2] --> Manusia dikuasai setan baik pola pikir, keyakinan, sikap mental dan perilakunya. Jadilah manusia yang dikuasai Setan =>
MANUSIA SETAN
[3] --> Manusia Setan menjadi hizbus Syaithan (golongan setan) yang kerjanya menyerang manusia dari jalan allah =>
SETAN MANUSIA


POLA PIKIR JAHILY

Jahily artinya adalah kebodohan atau tidak cerdas. Ketidak cerdasan disini bukan bodoh dari ilmu pengetahuan / science. Kebodohan dalam terminologi ini adalah ketidak berhasilannya dia menerima Tauhid [47:19], sehingga yang mencelup pola pikirnya bukan celupan Allah / Tauhid [2:138], tetapi celupan setan.

Manusia yang pola pikirnya telah tercelup dengan celupan setan, maka kerangka berpikirnya bukan wahyu Allah tetapi Ra’yu / persangkaan manusia / filsafat [10:35-36].

Adapun contoh-contoh manusia yang pola pikirnya jahily akan menetapkan kebenaran berdasar isme-isme jahily seperti:

[1] Materialisme [maadiyah]

Materialisme hanya menerima kebenaran jika dapat dibuktikan secara materialis (terlihat, teraba, terdengar). Manusia yang berpola pikir materialisme tidak akan menerima entitas entitas non material. Akhirat (surga neraka), Malaikat, bahkan Allah tidak diterima dan dibenarkan karena bersifat ghaib, dan tidak bisa dibuktikan secara empiris. Materialisme hanya meyakini realitas satu-satunya adalah dunia materi yang syahadah (nampak) sementara hal-hal ghaib dianggap sebagai KEBOHONGAN.

Kaum Musa pernah membantah Musa AS tentang Allah SWT, karena Allah tidak terlihat. [“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang , karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ". (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat 55)

[1] Rasionalisme [aqlaniyah]

Rasionalisme hanya menerima kebenaran jika dapat dibuktikan secara rasional (masuk akal / rasio). Rasionalisme masih bisa menerima entitas-entitas non material, selama sejalan dengan rasio manusia. Jika materialisme berkeyakinan bahwa realitas satu-satunya adalah materi, maka rasionalisme meyakini bahwa realitas satu-satunya adalah rasio.

Rasionalisme juga masih bisa berkompromi dengan wahyu, jika wahyu Allah itu sejalan dengan nalarnya.

Rasionalisme pada gilirannya nanti, membebaskan rasio manusia untuk menerima apapun yang sejalan dengan rasionya. Bahkan, membebaskan rasio manusia untuk menggugat doktrin-doktrin wahyu Allah (Qur’an) jika dipandangnya tidaK rasional.

Hukum dua bagian untuk laki-laki dan satu bagian bagi perempuan dalam hukum waris, hukum wanita tidak boleh menjadi imam, hukum rajam, potong tangan, qishash, dll, menjadi sasaran empuk kritikan kaum rasionalisme. Karena aturan aturan tersbut dipandang tidak rasional, tidak relevn, tidak sesuai dengan Zaman dll.

Rasionalisme ini pada kesempatan kini berbaju SEKULARISASI, PLURALIS, LIBERALIS [SPILIS].

Al-Qur’an menyatakan bahwa RASIONALISME adalah bentuk dari kekafiran berpikir. “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” [53:23]

Iblis Laknatullah pernah mempertontonkan ke rasionalismeannya dihadapan Allah dan mengkritik kebijakan Allah yang menempatkan Adam As sebagai Khalifah di muka bumi, sementara menurut ‘rasio’ Iblis, saya lebih baik daripada Adam AS [7:12].

[1] eksistensialisme [wujudiyah]

Eksistensialisme meyakini bahwa kebenaran itu bersifat relatif, sehingga ukuran kebenaran itu hanyalah dirinya. Benar jika menurut dirinya benar, tidak peduli apakah itu benar atau salah berdasar wahyu Allah SWT. Eksistensialisme menentukan kebebasan manusia untuk berkeinginan, satu-satunya pembatas adalah kebebasan orang lain. Manusia boleh berkeyakinan dan berbuat apa saja 9 boleh jadi kafir, musyrik, munafiq atau fasiq) sesuai keinginannya, asal tidak merugikan manusia yang lain.

Apapaun yang diyakini dan diperbuat manusia ukurannya hanyalah satu: apakah sesuai dengan keinginannya dan menguntungkan dirinya?, tidak ada pertanggung jawaban di akhirat.

[6:29] Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan" . (SURAT AL AN'AAM (Binatang ternak) ayat 29)

RASIONALISME , MATERIALISME, EKSISTENSIALISME ADALAH CONTOH-CONTOH KEKAFIRAN DALAM BERFIKIR. CONTOH MANUSIA YANG POLA PIKIRNYA TELAH DIKUASAI SETAN.
TO BE CONTINUED

1 komentar:

  1. wah...bahaya tuh...kalao ada parpol islam yang dikuasai setan....jadi Partai Kaya Setan

    BalasHapus