[2:19] atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
[2:20] Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Kaum munafiqun diibaratkan seperti orang yang berada dibawah kucuran hujan kebat. Ini menggambarkan orang yang penuh dengan limpahan PETUNJUK ALLAH berupa wahyu Al-Qur'an (dan Hadits Rasulullah).
Tetapi sikap mereka berhadap hadapan dengan Al-Qur'an. Mereka menghadapi Qur'an bukan untuk diterima secara totalitas sebagai PETUNJUK dari Allah. Dan bukan untuk dijalankan secara 'murni' dan 'konsekwen'. Mereka berhadapan dengan QUR'AN untuk memilah dan memilih mana ayat "yang menurut mereka" masih relevan atau sudah usang, mana ayat yang up to date mana yang sudah kuno, mana ayat yang rasional mana yang irrasional, mana ayat yang sesuai budaya (kultur) mana ayat yang bertabrakan dengan kultur.
SEBAGIAN AYAT QUR'AN DISIKAPI SEPERTI GURUH YANG MENAKUTKAN SEHINGGA IA TUTUP TELINGANYA DENGAN SELURUH JARINYA. DAN SEBAGIAN LAGI IBARAT CAHAYA KILAT YANG MENERANGI SEHINGGA IA MELANGKAH... NAMUN JIKA CAHAYA KILAT ITU LENYAP IAPUN BERHENTI.
Seharusnya Al-Qur'an yang merupakankan rahmat (karunia) Allah itu diterima seluruhnya dan dijalankan secara murni dan konsekwen.Tetapi, Karena penerimaan mereka tidak utuh terhadap AL-QUR'AN, maka mereka memandang bahwa didalam Al-QUR'AN itu ada yang "menguntungkan" ada juga yang "merugikan". Ayat 'yang menguntungkan' diibaratkan kilat yang bisa menerangi jalannya disaat gelap, dan yang merugikan / menakutkan diibaratkan suara gelegar guruh yang memekakan telinganya. Ketika mendengar guruh telinga mereka ditutup rapat oleh jemarinya karena takut mati , tetapi jika ada kilat yang menyinari jalan dikegelapan mereka berjalan dibawah sinarnya.
Kaum munafiqun adalah kaum SEKULER yang memisahkan Islam dengan kehidupan dan negara. Mereka hanya menjadikan syari'at islam itu sebagai aturan yang bersifat individual tidak mengatur kehidupan soaial.
Kaum munafiqun adalah kaum RITUALIS yang menerima aturan Allah dalam konteks ritual (ubudiyyah) sepoerti shalat, shaum, hajji, qurban, aqiqah dll. tetapi setengah-setengah dalam menerima aturan Allah dalam konteks sosial ekonomi (muamalah), atau setengah-setengah dalam meneraima aturan Allah dalam konteks sosial budaya (munakahat) bahkan menolak mentah-mentah aturan Allah dalam konteks sosial politik (jinayah wal khilafah).
Kaum munafiqun adalah kaum MODERAT yang mencoba mengambil jalan tengah (talbis) antara Islam dengan barat atau dengan komunis.
Kaum munafiqun adalah kaum yang KOOPERATIF yang mencoba bersikap lunak dan bekerja sama dengan thaguth agar sebagian ajaran islam bisa dilaksanakan tetapi dia aman dari makar jahat thaguth.
Kaum munafiqun adalah kaum OPORTUNIS yang mencomot sebagian ajaran Islam (tidak Kaffah). Dicomot yang dipandang menguntungkan atau tidak merugikan.
[2:20] Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
Kaum munafiqun diibaratkan seperti orang yang berada dibawah kucuran hujan kebat. Ini menggambarkan orang yang penuh dengan limpahan PETUNJUK ALLAH berupa wahyu Al-Qur'an (dan Hadits Rasulullah).
Tetapi sikap mereka berhadap hadapan dengan Al-Qur'an. Mereka menghadapi Qur'an bukan untuk diterima secara totalitas sebagai PETUNJUK dari Allah. Dan bukan untuk dijalankan secara 'murni' dan 'konsekwen'. Mereka berhadapan dengan QUR'AN untuk memilah dan memilih mana ayat "yang menurut mereka" masih relevan atau sudah usang, mana ayat yang up to date mana yang sudah kuno, mana ayat yang rasional mana yang irrasional, mana ayat yang sesuai budaya (kultur) mana ayat yang bertabrakan dengan kultur.
SEBAGIAN AYAT QUR'AN DISIKAPI SEPERTI GURUH YANG MENAKUTKAN SEHINGGA IA TUTUP TELINGANYA DENGAN SELURUH JARINYA. DAN SEBAGIAN LAGI IBARAT CAHAYA KILAT YANG MENERANGI SEHINGGA IA MELANGKAH... NAMUN JIKA CAHAYA KILAT ITU LENYAP IAPUN BERHENTI.
Seharusnya Al-Qur'an yang merupakankan rahmat (karunia) Allah itu diterima seluruhnya dan dijalankan secara murni dan konsekwen.Tetapi, Karena penerimaan mereka tidak utuh terhadap AL-QUR'AN, maka mereka memandang bahwa didalam Al-QUR'AN itu ada yang "menguntungkan" ada juga yang "merugikan". Ayat 'yang menguntungkan' diibaratkan kilat yang bisa menerangi jalannya disaat gelap, dan yang merugikan / menakutkan diibaratkan suara gelegar guruh yang memekakan telinganya. Ketika mendengar guruh telinga mereka ditutup rapat oleh jemarinya karena takut mati , tetapi jika ada kilat yang menyinari jalan dikegelapan mereka berjalan dibawah sinarnya.
Kaum munafiqun adalah kaum SEKULER yang memisahkan Islam dengan kehidupan dan negara. Mereka hanya menjadikan syari'at islam itu sebagai aturan yang bersifat individual tidak mengatur kehidupan soaial.
Kaum munafiqun adalah kaum RITUALIS yang menerima aturan Allah dalam konteks ritual (ubudiyyah) sepoerti shalat, shaum, hajji, qurban, aqiqah dll. tetapi setengah-setengah dalam menerima aturan Allah dalam konteks sosial ekonomi (muamalah), atau setengah-setengah dalam meneraima aturan Allah dalam konteks sosial budaya (munakahat) bahkan menolak mentah-mentah aturan Allah dalam konteks sosial politik (jinayah wal khilafah).
Kaum munafiqun adalah kaum MODERAT yang mencoba mengambil jalan tengah (talbis) antara Islam dengan barat atau dengan komunis.
Kaum munafiqun adalah kaum yang KOOPERATIF yang mencoba bersikap lunak dan bekerja sama dengan thaguth agar sebagian ajaran islam bisa dilaksanakan tetapi dia aman dari makar jahat thaguth.
Kaum munafiqun adalah kaum OPORTUNIS yang mencomot sebagian ajaran Islam (tidak Kaffah). Dicomot yang dipandang menguntungkan atau tidak merugikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar